Posted by
Galih Setiono Agnes Sianturi
In:
Wayang Golek Indonesia Asli
Mereka tertawa menyaksikan celotehan si cepot. Walaupun tidak sepenuhnya mengerti, tampang dan gerakan lincah si cepot seakan menggelitik. Mereka, pengunjung Saung Angklung Udjo yang berbeda warna kulit, warna rambut, dan bahasanya. Wajah sedikit tegang sambil menoleh ke kanan ke kiri mencoba mencari arti dari celotehan si cepot dan kawan-kawan.
Wayang Golek, boneka terbuat dari kayu dan menyerupai sosok manusia. Seni yang terkenal di Jawa Barat ini memiliki kekhasan tersendiri. Ada empat figur dalam wayang golek, yaitu Rahwana, Arjuna, Garuda Mungkur, dan Bineka Sari.
Pertunjukan itu menampilkan 20 sampai 30 boneka wayang. Arjuna, pandawa lima (khususnya si Cepot), gatot kaca, bima, rahwana, tokoh yang paling sering muncul saat-saat pertunjukan. Si cepot berwajah merah dan dua buah gigi yang muncul ke luar menambah daya tarik bagi penontonnya.
Dilihat dari isu-isu yang beredar, banyak orang menganggap seni wayang berasal dari India. Padahal menurut R.Gunawan Djajakusumah dalam bukunya Pengenalan Wayang Golek Purwa di Jawa Barat, wayang adalah kebudayaan asli Indonesia. Wayang berasal dari pulau Jawa.
Perkataan wayang berasal dari Wad an Hyang, artinya “leluhur”, tetapi ada juga yang berpendapat wayang itu berasal dari kata bayangan.
Mengapa banyak orang menganggap wayang berasal dari India? Karena mereka melihat alur wayang ini mengangkat cerita Ramayana dan Mahabrata. Akan tetapi, cerita-cerita itu selanjutnya diubah dan direkayasa sesuai dengan kebudayaan di pulau Jawa.
Dahulu wayang golek itu muncul pada masa Kerajaan Padjadjaran. Seni rupa sandiwara boneka berkayu atau lebih lazim jenengan, tindak-tanduknya memang kelihatan seperti sedang ngagulitik atau menggolek.
Pada masa itu Sunan Giri, salah satu dari sembilan Wali Songo yang mendatangi pulau Jawa untuk penyebaran Islam. Wayang Golek dipakai sebagai penarik perhatian penduduk. Akhirnya, wayang golek menatu dengan adat Islam dan budaya setempat.
Wayang golek dipertontonkan pada upacara ritual (rawatan) dan hiburan. Untuk ruwatan wayang golek dipakai untul ruwatan rumah, anak, nanggung bugang, surambi, pandawa lima, pandawi, talaga tanggal kausak, dan lain-lain. Sampai sekarang kebiasaan ini masih dilakukan oleh masyarakt Jawa, khusunya Sunda.
Wayang golek untuk hiburan dilaksanakan dalam upacara dan perayaan khusus. Misalnya, perkawinan, khitanan, hari-hari besar. Wayang golek itu dinamakan wayang golek purwa. Ada dua macam wayang golek dalam masyarakat Sunda; wayang golek papak (cepak) dan wayang golek purwa.
Semuanya ini dikendalikan Dalang. Dalang, pemimpin pertunjukan, mengatur seluruh rangkaian kata-kata peran dari wayang golek. Mulai dari suara, gamelan sampai lagu yang mengiringinya. Ketertarikan penonton tentu bergantung pada peran Dalang.
Wayang golek purwa memakai bahasa Sunda , karawitan pengiringnya berlaras salendro yang terdiri dari waditra dua saron , satu peking, satu salentem, satu bonang, satu rincik, satu perangkat kenong, sepasang goong) dan seperangkat kendang ( satu indung 3 kulanter ) , gambang, rebab, wira suara ( juru alok ), sinden .
Kemunculan sinden yang terkenal dalam wayang golek sekitar tahun1920-1960 di antaranya Upit sarimanah dan Titom Patimah. Adapun dalang yang terkenal ialah R.U . Partasuanda, Abah sunarya, Entah Tiryana, Apek Tarkim, Asep Sunandar Sunarya, ade Kosasih, Dede Amung, dan Cecep Supriyadi. Pertunjukan Wayang golek biasanya di tempat terbuka dengan memakai panggung yang ditinggikan ( balandongan ) sehingga penonton dapat melihat satu arah dan berkonsentrasi pada pertunjukannya.
Tokoh dalam Mahabarata pun beraneka ragam. Ada Pandava seikhwan yang dikenal dengan Kekuatan bajik. Putra-putra Devi Kunti ini melambangkan kebangsawanan, kehalusan dan pengetahuan. Yudistira, putra sulung berperangai lemah gemulai yang mewakili keadilan dan kebiasaan introspektif (digambarkan dengan pengandaman rambut padat dan kompak). Ia berbudi luhur namun kebesaran hatinya kadangkala suka berlebih-lebihan.
Bima : Adalah benyamin kulasentana Pandava, bertubuh kekar dan berwatak culika - jahil, seorang ksatria tulen par exellence yang membuat lawan geletaran ketika mendengar suaranya. Putra bungsu ini menjelmakan nyali besar dan tahu bagaimana menghormati dan menjulang etika baik. Dirinya mengantapi dua pekarang sakti : ibu jari berangkap yang mirip cakar - Kuku Pancanaka dan palu besar - Gada Rujak Pala.
Arjuna : Rundayan (trah) dewa Indra, beradab dan halus, meskipun bersopan-santun, cacatnya adalah kebiasaan bernapsi-napsi ngarungrum - merayu perempuan .
Dikenal juga Para Kurava, kekuatan pasik ini juga merupakan perlambang pembinasaan dan terdiri dari 99 putra dan 1 putri. Duryudana: pemimpin nasab Kurava, korban diberinya nasihat oleh pamannya Sangkuni. Kama, kerabat Pandava dibesarkan para Kurava mencoba berkhitmat kepada kedua belah pihak dan Achirul Kalam.
Narasoma, salah satu pengagum resiwara Durna. Kecantikan geureuha menyebabkan Narasoma bermusuhan dengan Arjuna. Gatot Kaca, putra Bima berwatak gagah dan mampu menerbangi langit dan mendengar dari jarak jauh.
Bagaimana dengan tokoh Ramayana? Rama. Salah satu putra Ayodya yang mengayomi rakyat jelata dan ahli dalam panah kelodan. Wibisana, adik raja Ravana yang meruntak penculikan Sita dan memihak kepada Rama. Sita, istri Rama yang cantik jelita.
Aksi wayang Mahabarata dan Ramayana akan lebih serius dibandingkan aksi si cepot. Wayang Mahabarata dan Ramayana mengandung drama. Walaupun kita tidak semua mengerti bahasa Sunda, kita wajib mempertahankan wayang golek. Wayang golek asli Indonesia.
Wayang Golek, boneka terbuat dari kayu dan menyerupai sosok manusia. Seni yang terkenal di Jawa Barat ini memiliki kekhasan tersendiri. Ada empat figur dalam wayang golek, yaitu Rahwana, Arjuna, Garuda Mungkur, dan Bineka Sari.
Pertunjukan itu menampilkan 20 sampai 30 boneka wayang. Arjuna, pandawa lima (khususnya si Cepot), gatot kaca, bima, rahwana, tokoh yang paling sering muncul saat-saat pertunjukan. Si cepot berwajah merah dan dua buah gigi yang muncul ke luar menambah daya tarik bagi penontonnya.
Dilihat dari isu-isu yang beredar, banyak orang menganggap seni wayang berasal dari India. Padahal menurut R.Gunawan Djajakusumah dalam bukunya Pengenalan Wayang Golek Purwa di Jawa Barat, wayang adalah kebudayaan asli Indonesia. Wayang berasal dari pulau Jawa.
Perkataan wayang berasal dari Wad an Hyang, artinya “leluhur”, tetapi ada juga yang berpendapat wayang itu berasal dari kata bayangan.
Mengapa banyak orang menganggap wayang berasal dari India? Karena mereka melihat alur wayang ini mengangkat cerita Ramayana dan Mahabrata. Akan tetapi, cerita-cerita itu selanjutnya diubah dan direkayasa sesuai dengan kebudayaan di pulau Jawa.
Dahulu wayang golek itu muncul pada masa Kerajaan Padjadjaran. Seni rupa sandiwara boneka berkayu atau lebih lazim jenengan, tindak-tanduknya memang kelihatan seperti sedang ngagulitik atau menggolek.
Pada masa itu Sunan Giri, salah satu dari sembilan Wali Songo yang mendatangi pulau Jawa untuk penyebaran Islam. Wayang Golek dipakai sebagai penarik perhatian penduduk. Akhirnya, wayang golek menatu dengan adat Islam dan budaya setempat.
Wayang golek dipertontonkan pada upacara ritual (rawatan) dan hiburan. Untuk ruwatan wayang golek dipakai untul ruwatan rumah, anak, nanggung bugang, surambi, pandawa lima, pandawi, talaga tanggal kausak, dan lain-lain. Sampai sekarang kebiasaan ini masih dilakukan oleh masyarakt Jawa, khusunya Sunda.
Wayang golek untuk hiburan dilaksanakan dalam upacara dan perayaan khusus. Misalnya, perkawinan, khitanan, hari-hari besar. Wayang golek itu dinamakan wayang golek purwa. Ada dua macam wayang golek dalam masyarakat Sunda; wayang golek papak (cepak) dan wayang golek purwa.
Semuanya ini dikendalikan Dalang. Dalang, pemimpin pertunjukan, mengatur seluruh rangkaian kata-kata peran dari wayang golek. Mulai dari suara, gamelan sampai lagu yang mengiringinya. Ketertarikan penonton tentu bergantung pada peran Dalang.
Wayang golek purwa memakai bahasa Sunda , karawitan pengiringnya berlaras salendro yang terdiri dari waditra dua saron , satu peking, satu salentem, satu bonang, satu rincik, satu perangkat kenong, sepasang goong) dan seperangkat kendang ( satu indung 3 kulanter ) , gambang, rebab, wira suara ( juru alok ), sinden .
Kemunculan sinden yang terkenal dalam wayang golek sekitar tahun1920-1960 di antaranya Upit sarimanah dan Titom Patimah. Adapun dalang yang terkenal ialah R.U . Partasuanda, Abah sunarya, Entah Tiryana, Apek Tarkim, Asep Sunandar Sunarya, ade Kosasih, Dede Amung, dan Cecep Supriyadi. Pertunjukan Wayang golek biasanya di tempat terbuka dengan memakai panggung yang ditinggikan ( balandongan ) sehingga penonton dapat melihat satu arah dan berkonsentrasi pada pertunjukannya.
Tokoh dalam Mahabarata pun beraneka ragam. Ada Pandava seikhwan yang dikenal dengan Kekuatan bajik. Putra-putra Devi Kunti ini melambangkan kebangsawanan, kehalusan dan pengetahuan. Yudistira, putra sulung berperangai lemah gemulai yang mewakili keadilan dan kebiasaan introspektif (digambarkan dengan pengandaman rambut padat dan kompak). Ia berbudi luhur namun kebesaran hatinya kadangkala suka berlebih-lebihan.
Bima : Adalah benyamin kulasentana Pandava, bertubuh kekar dan berwatak culika - jahil, seorang ksatria tulen par exellence yang membuat lawan geletaran ketika mendengar suaranya. Putra bungsu ini menjelmakan nyali besar dan tahu bagaimana menghormati dan menjulang etika baik. Dirinya mengantapi dua pekarang sakti : ibu jari berangkap yang mirip cakar - Kuku Pancanaka dan palu besar - Gada Rujak Pala.
Arjuna : Rundayan (trah) dewa Indra, beradab dan halus, meskipun bersopan-santun, cacatnya adalah kebiasaan bernapsi-napsi ngarungrum - merayu perempuan .
Dikenal juga Para Kurava, kekuatan pasik ini juga merupakan perlambang pembinasaan dan terdiri dari 99 putra dan 1 putri. Duryudana: pemimpin nasab Kurava, korban diberinya nasihat oleh pamannya Sangkuni. Kama, kerabat Pandava dibesarkan para Kurava mencoba berkhitmat kepada kedua belah pihak dan Achirul Kalam.
Narasoma, salah satu pengagum resiwara Durna. Kecantikan geureuha menyebabkan Narasoma bermusuhan dengan Arjuna. Gatot Kaca, putra Bima berwatak gagah dan mampu menerbangi langit dan mendengar dari jarak jauh.
Bagaimana dengan tokoh Ramayana? Rama. Salah satu putra Ayodya yang mengayomi rakyat jelata dan ahli dalam panah kelodan. Wibisana, adik raja Ravana yang meruntak penculikan Sita dan memihak kepada Rama. Sita, istri Rama yang cantik jelita.
Aksi wayang Mahabarata dan Ramayana akan lebih serius dibandingkan aksi si cepot. Wayang Mahabarata dan Ramayana mengandung drama. Walaupun kita tidak semua mengerti bahasa Sunda, kita wajib mempertahankan wayang golek. Wayang golek asli Indonesia.
This entry was posted on 10.08
You can follow any responses to this entry through
the RSS 2.0 feed.
You can leave a response,
or trackback from your own site.
Posted on
-
0 Comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar